- Pemberian Obat Cacing sekaligus Pemeriksaan Kesehatan Hewan Qurban di Kecamatan Muara Batang Toru
- Koordinasi Pengendalian PMK di Kab Tapanuli Selatan Tahun 2022
- Rouging Pemilihan Bulir Benih Lokal Siporang
- Ubinan KSA Kelompok Tani Makmur Desa Muara Purba Nauli Kecamatan Angkola Muaratais
- Kunjungan Bapak Wakil Bupati Tapanuli Selatan
- Keunggulan Bermain Slot Dana Tanpa Potongan yang Menguntungkan
- Penyerahan Bantuan Benih Sayuran dan Toga untuk Desa Binaan Kab.TapSel Tahun 2020
- Forum OPD Bidang Pertanian dan Ekonomi
- Rapat Pos Simpul Koordinasi (POSKO) Dinas Pertanian Daerah 2020
- GAP Tanaman Kopi 2019
Vaksinasi Rabies
Berita Foto Populer
UPAYA PEMBERANTASAN RABIES DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Penyakit Rabies telah menjadi ancaman bagi masyarakat selama berabad-abad. Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas serta manusia. Rabies merupakan salah satu zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Rabies selalu menyebabkan kematian apabila gejala klinis telah muncul, namun penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi.
Gigitan dari hewan yang terinfeksi adalah rute yang paling penting dan paling sering terjadi dalam proses penularan rabies. Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan akan bereplikasi dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler dan menyebar sampai ke sistem syaraf pusat (SSP). Rabies menyebabkan peradangan pada otak dan menyebabkan kematian jika gejala sudah terjadi. Setiap tahun, 59.000 orang meninggal karena rabies di dunia.
Gejala klinis akan terlihat ketika virus telah bereplikasi di SSP. Gejala klinis akan terlihat tidak lebih dari 14 hari dan korban atau hewan yang terinfeksi rabies akan mati. Gejala rabies pada manusia biasanya akan muncul beberapa minggu sampai beberapa bulan, dan bahkan beberapa tahun setelah terjadi gigitan yang tidak diberikan penanganan yang benar. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar belakang genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang, jumlah virus yang masuk, keparahan luka gigitan, dan jarak lokasi masuknya virus ke SSP. Terdapat angka fatalitas yang lebih tinggi dan masa inkubasi yang lebih pendek pada orang yang digigit pada wajah atau kepala.
Upaya pemberantasan rabies pada sebagian besar daerah di Indonesia termaksud di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan belum berhasil dilakukan karena beberapa alasan. Beberapa di antaranya adalah kesulitan dalam melakukan vaksinasi pada anjing liar, manajemen rantai dingin dan pengiriman vaksin dan handling vaksin di lapangan, adanya perbedaan sosial-budaya di daerah kabupaten Tapanuli Selatan, serta kurangnya sumber daya pendukung.
Keterlibatan masyarakat yang dapat berasal dari organisasi pemburu, pedagang hewan, dan masyarakat umum, termasuk para pemilik hewan sangat penting dalam pemberantasan rabies yang terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Agar keterlibatan masyarakat tersebut efektif, perlu dilakukan KIE kepada petugas atau masyarakat, terutama mengenai tanda klinis dari kasus suspek, cara pencegahan rabies, cara penanganan luka gigitan HPR, cara memperlakukan HPR yang menggigit dengan benar, cara pelaporan kasus, serta bagaimana menjadi pemilik hewan yang bertanggung jawab. Tenggara Timur saja, dampak ekonomi langsung diperkirakan mencapai 14,2 milyar rupiah per tahun Selain dampak kerugian ekonomi lain yang cukup siginifikan adalah dampak sosial. Salah satu bentuk dampak sosial yang paling nyata adalah adanya keresahan sebagian besar masyarakat yang disebabkan oleh adanya penyakit rabies. Angka kematian dan gejala yang ditimbulkan rabies terutama pada korban manusia menimbulkan dampak sosial dan ekonomi
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, Melalui dinas pertanian Daerah, Khususnya Bidang Peternakan Dan Kesehatan Hewan, Serta Melibatkan Penyuluh Pertanian yang terlatih gencar melaksanakan vaksinasi dan pelaporan kasus gigitan HPR.
Hal ini dilaksanakan untuk menurunkan angka kejadian dari gigitan HPR yang beresiko menularkan rabies pada hewan lain dan manusia
Penulis : drh. Chairul Saputra Siregar (Medik Veteriner) / NIP: 199510072023211010.